Hezi Satria |
Pantas Udin yang ini tidak disebut Awaludin, karena aliran ini awalnya dihembuskan modifikator kawakan Agus DJ. Dia punggawa X-K Bike Design dari Kota Mendoan. Udin pernah Pendidikan disana
Meski mantan anak didik,karya Udin enggak beda jauh dari gurunya. Atau bisa-bisa malah lebih baik lagi, he..he.. Udin memasukkan roh minor fighter di Honda Tiger milik Hezi Satria warga Jl. Pondok Kopi, Jakarta Timur.
Walau nama panjangnya bukan Jajaludin, Udin bekerja di Jl. Letkol. Sugiono, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Nama rumah modifikasinya ‘Bondus Bikes’ dan baru beberapa bulan lalu beraktivitas.
Membuktikan garapan Udin yang beberapa partnya kiriman dari gurunya, bisa dilihat dari pemasangan satu set sok depan Suxuki GSX750 yang as segitiganya dicustom ulang biar muat ke komstir Tiger 2000. Lalu batang kemudi diganti setang lurus dan lebar khas minor fighter bikinan suhu, plus riser variasi.
Gaya khas tunggangan pun tampak pada jok single sitter yang kedudukannya dibikin ulang. “Rangka asli cuma komstir ke tengah dan bawah. Sedang jok nangkring di rangka cradle bahan pipa tubular di luar rangka asli hingga ke tengah,” ujar Hezi yang asli Padang, Sumatera Barat.
Makin kelihatan gagah, bagian atas rangka cradle dipasang tangki bikinan yang bentuknya menyesuaikan konsep modifikasi minor fighter. Tidak lupa di bagian depan tangki tersambung dua airscop model trapesium.
Menyesuaikan tampilan depan terutama kaki-kaki, belakangnya digarap sempurna. Sutu set lengan ayun plus monosok model pro link milik Honda CBR1000 dipercaya meredam kejut segala medan.
Kalau dilihat ubahannya lumayan dahsyat. Sebab lengan ayun CBR1000 super lebar ini memaksa as dan bushing lengan ayun diganti dan dimodifikasi ulang. Sehingga komponen limbah ini bisa dipasang sempurna pada rangka tengah Tiger 2000.
Dibantu Gir Gendong
Menggunakan lengan ayun Honda CBR1000 di Tiger bukan cuma ganti as lengan ayun tengah dan ganti bushing kanan-kiri. Namun komponen yang wajib mendapat perhatian adalah gir reduksinya. Tahu sendiri kan, motor pabrikan kepak sayap ini kalau ganti ban lebar ukuran di atas 3,50 inci biasanya sering mentok rantai. Makanya ban pada gerepes.
Karena sekarang pakai ban lebar Michellin 120/60-17 untuk depan dan ukuran 160/55-17 di belakang. Posisi gir dan rantai roda asli Tiger terpaksa harus lebih digeser lagi keluar.
“Buat gir belakang di pelek GSX750 enggak ada masalah. Cuma gir depan mesti dibikin gir gendong setebal 3 cm. Maksudnya biar posisinya menjadi lebih menjorok keluar. Biar stabil, luar gir ditahan adaptor dari pelat besi cankrang,” tunjuk Hezi.
DATA MODIFIKASI
Rpm : TDH
Knalpot : Custom
Mesin : Harry Motor Pondok Kopi
Cat : Eka Custom Paint Pondok Kopi
Rano Lee |
“Tampang Minor Fighter sejatinya sudah lama saya konsepkan, sebelum virus atau tren tunggangan jenis ini merebak di Tanah Air. Cuma memang awalnya tidak dieskpos lewat media. Semua berjalan apa adanya sampai sekarang,” ungkap pemilik badan tinggi tegap yang jujur mengaku kalau motornya masuk MOTOR Plus ingin ngebantu promosi bengkel tempat motornya digarap.
Diakui bapak satu anak lelaki ini, rancangan Minor Fighter di motornya memang digarap oleh Wiguna pemilik bengkel modifikasi Wiguna Motor (WM) di Jl. Kalimati, Pedemangan, Jakarta Utara. Bersama Wiguna, konsep ubahan sengaja digarap apik tanpa butuh dana besar. Maksudunya, bukan berarti tanpa dana besar tidak bisa bikin motor seperti itu.
Sebagai bukti rangka asli Tiger cuma dipotong bagian buritan. Lalu tempat duduknya, jok Vespa ditempatakan pada bekas rangka potongan yang sudah ditambah pipa baru. Penunjang tampilan, tangki asli Tiger Revo ada di depan jok.
“Makin kental gaharnya, tangki asli yang bukan kondom dicustom ulang. Terutama di bagian belakang yang kelihatan bolong dan meruncing. Sedang identitas airscoop Tiger Revo tetap dipertahankan,” imbuh pria yang mengaku nama Lee dari ortu-nya yang fans berat Bruce Lee.
Karena modif Minor Fighter syarat dengan kaki-kaki berorot, oleh Wiguna sok depan diganti part limbah punya Suzuki GSX1100 yang dipasang berikut segitiga. Seperti biasa dilakukan banyak modifikator, as komstir limbah diatur ulang agar bisa nyemplung di komstir asli Tiger.
“Sok depan berdimensi lebar lalu dipadukan dengan setang Renthal tanpa stabiliser. Sedangkan lampu utama batok kepala tengkorak dikasih lampu projector ke salah satu kelopak matanya,” tunjuk pengajar bela diri ini.
Sedang untuk kaki belakang, warga Jl. Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat ini mengaku menggunakan satu set lengan ayun berikut link arm dan monosok Honda Fireblade 400 cc. Namun saat pemasangan, rangka tengah asli mesti dibuatkan dudukan monosok atas. Juga wajib mengatur ulang bushing as tengah buat pegangan arm.
“Sengaja diambil satu set karena diameter roda depan-belakang memang sudah pakai ukuran 16 dan 17 inci. Selain enak di soal handling, ban ukuran besar juga mudah dicari,” senang Reno Lee.
Siap…
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Swallow 120/16
Ban belakang: Metzeler 190/17
Kaca spion : Variasi
Engine guard : Custom
Lampu rem: Variasi
Ginting |
Karena alasan itu, Ginting pemilik Honda Tiger sudah menyiapkan tunggangannya lebih awal. Apalagi sebagai kaum Minor Fighter sejati yang berbasis di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, momen ini tidak akan disia-siakannya.
“Untuk hadir di acara akbar itu, tampilan motor enggak boleh biasa-biasa saja. Kayak gak serius nanti dilihatnya. Oleh sebab itu, tampang Tiger 2001 saya maksimalkan,” ujar Ginting yang sudah nggak tahan mau cepat ke lokasi.
Dibantu Udin, modifikator ‘Dins Bikes’ yang berlokasi di Jl. Letkol. Sugiono, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Ginting mempercayakan sepenuhnya kepada Udin, mantan anak buah Agus DJ punggawa X-K Bike Design from Purwokerto yang kini buka di Jakarta. Agus DJ adalah pendiri Minor Fighter.
Keinginan Ginting memaksmilkan ubahan motornya beralasan. Itu karena basic Honda Tiger yang awalnya sudah dimodifikasi dirasa kurang maksimal dan konsepnya masih jauh dari harapan. Padahal, kaki depan-belakang sudah mengacu tunggangan khas Minor Fighter.
Terlihat pada pemasangan sok depan upside down Suzuki GSX400 yang mantap menopang sasis. Peredam kejut ini pun dipermanis penerapan setang baplang juga batok lampu minimalis khas moge naked bike. Adapun kaki belakang, pakai swing arm Kawasaki ZX7 model lawas yang model link armnya sistem unitrack.
“Lalu baik sok depan maupun belakang, biar pas diisi pelek lebar Honda CBR Fireblade 929, sudah termasuk cakram depan-belakang,” imbuh Udin yang menggarap motor Ginting.
Ubahan paling kental terjadi di bodi juga rangka. Kata Udin, aliran Minor Fighter biasanya cuma rombak rangka belakang. Backbone dipapas abis dan cuma disisakan sedikit buat tempat duduk, stop lamp dan dudukan lampu sein.
Lalu potongan rangka belakang dikondom bahan serat fiber biar kelihatan apik. Begitu juga deltabox bikinan yang dipasang pada bagian bawah tangki model futursitik dan juga dibuat dari serat fiber. Dibilang fituristik karena bentuk tangki seirama dengan bentuk meruncing dari airscoop.
“Selain airscoop, engine guard ikut dibikin meruncing. Desain ini mengikuti bentuk tangki motor yang secara konsep, juga sudah sesuai dengan tongkrongan Minor Fighter yang secara konsep memang sudah lama dikenal,” ingat Udin.
Kalau sudah begono, bisa jumpa banyak kawan di Minor Fighter ya. Keep safely dan salam hangat.
DATA MODIFIKASI
Ban : Pirelli dan Michelin
Grip stang : Variasi
Knalpot : Custom
Mesin : Harry Motor
Perbedaan merek dua pabrikan motor, bukan menjadi halangan untuk
menyamakan aliran modifikasi. Adalah Fery Mauludin pembesut Honda Mega
Pro dan Irfan Bondus yang punya Yamaha Scorpio Z membangun motor jadi
keluarga Minor Fighter. Acuan modifikasinya sudah tentu street fighter.
Untuk meredam getaran akibat jalan raya Indonesia yang kurang bersahabat, keduanya kompak aplikasi sok model upside down di haluan depan. Namun untuk pemilihan merek, mereka ogah sama. Sedangkan di Mega Pro Fery sedikit selingkuh dengan pabrikan lain, adopsi Suzuki GSX-R 400.untuk up side down
“Pemasangan kedua sok upside down ini, tinggal penyesuaian di bagian as komstir.
Scorpio Irfan, mengusung copotan satu atap alias sepabrik, doi pakai
sok Yamaha R1. Pemasangan kedua sok upside down ini, tinggal
penyesuaian di bagian as
komstir. Seperti di motor Scorpio, as komstir kepunyaan Yamaha R1 harus
dikecilkan dulu agar bisa dipasang di lubang komstir Scorpio,” lalu
sedikit ditambahkan oil coller untuk pendinginan mesin jelas Anas
Choerudin yang biasa dipanggil Udin sang modifikator
.FULL FRAME DAN 50% CUSTOM
Yang dimaksud full frame custom yaitu semua frame atau sasis motor dibuat ulang. Untuk modifikasi full frame custom dilakukan di Scorpio biru buntung.
Dari 50% frame custom yaitu sasis original yang diambil hanya centerbone saja. Sedangkan backbone dipotong dan digantikan dengan rangka baru yang juga berbahan seamless. “Ukuran diameter pipa seamless yang digunakan antara 1, 1,5 dan ¾ inci.
“Ubahan ini bukan karena beda pendapat. Tapi, karena keadaan rangka Scorpio, ketika mengalami penggantian mono arm, rantai mentok ke sasis dudukan arm. Jalan satu-satunya rangka harus dibuat ulang,” kata Udin.
Sedangkan di Mega Pro masih aman ketika menggunakan arm lebar. Karena tipe sasis yang mono tube. Bayangkan gir depan saja tergeser hingga 6 cm dari standarnya. “Tapi karena inilah full frame custom jadi sebuah virus yang merambah di MF Simpul Jakarta,” seru Udin.
ENGAN AYUN OGAH SAMA
Modifikasi aliran boleh sama, namun selera keduanya jangan sampe disamakan. Nanti malah jadi motor kembaran, kan malah monoton. Buat memperkuat aura street fighter, harus mengalami banyak ubahan. Seperti penggantian swing arm. Biar membumi, Fery lebih memilih lengan ayun seperti kabanyakan yang masih double arm, aplikasi dari Honda CBR 1100 XX. Dipadukan pelek lebar Kawasaki ZX-7R dan ban gembot kepunyaan Michelin.
Sedangkan Irfan adopsi mono arm kepunyaan motor asal Inggris yang berngaran Triumph Daytona, satu set dengan pelek belakang. Tapi, pelek depan doi malah aplikasi kepunyaan Yamaha R1. “Biar lebih keren dibanding yang lain, dan bikin virus baru di kalangan keluarga Minor Fighter,” seru Irfan yang bukan Irfan Bachdim.
“Penyesuaian sudah pasti dibagian dudukan lengan ayun, semua swing arm disesuaikan ke rangka saja. Karena ukuran swing arm yang lebar otomatis, gir belakang harus ngikutin dan solusinya 6 gir ditumpuk lantas dilas agar garis pertemuan gir depan belakang bisa center,” seru Udin yang bukan Udin Petot. He..he...
Buat mempertegas Keluarga Minor Fighter, Irfan sedikit ngasih tanda di jok yang dibikin buntung dengan patch bertulisan “MINOR FIGHTER-WILD RADICAL RESPECT”. Irfan juga tak lupa untuk memasang stoplamp bernuansa LED. Wih kompak tuh he he.
DATA MODIFIKASI
Honda Mega Pro
Sok belakang: Kawasaki ZX-7R
Knalpot : Custom by Stanlee
Paint work : Danagloss
Pelek : Kawasaki ZX-7R
Yamaha Scorpio Z
Spidometer : Koso RX-1N
Lampu depan : Hella
Sok belakang : Honda CBR 1000R
Knalpot : Custom by IMS Chuenk Footstep : Yamaha R6
Fery Mauludin |
Untuk meredam getaran akibat jalan raya Indonesia yang kurang bersahabat, keduanya kompak aplikasi sok model upside down di haluan depan. Namun untuk pemilihan merek, mereka ogah sama. Sedangkan di Mega Pro Fery sedikit selingkuh dengan pabrikan lain, adopsi Suzuki GSX-R 400.untuk up side down
“Pemasangan kedua sok upside down ini, tinggal penyesuaian di bagian as komstir.
Ifan Bondus |
Yang dimaksud full frame custom yaitu semua frame atau sasis motor dibuat ulang. Untuk modifikasi full frame custom dilakukan di Scorpio biru buntung.
Dari 50% frame custom yaitu sasis original yang diambil hanya centerbone saja. Sedangkan backbone dipotong dan digantikan dengan rangka baru yang juga berbahan seamless. “Ukuran diameter pipa seamless yang digunakan antara 1, 1,5 dan ¾ inci.
“Ubahan ini bukan karena beda pendapat. Tapi, karena keadaan rangka Scorpio, ketika mengalami penggantian mono arm, rantai mentok ke sasis dudukan arm. Jalan satu-satunya rangka harus dibuat ulang,” kata Udin.
Sedangkan di Mega Pro masih aman ketika menggunakan arm lebar. Karena tipe sasis yang mono tube. Bayangkan gir depan saja tergeser hingga 6 cm dari standarnya. “Tapi karena inilah full frame custom jadi sebuah virus yang merambah di MF Simpul Jakarta,” seru Udin.
ENGAN AYUN OGAH SAMA
Modifikasi aliran boleh sama, namun selera keduanya jangan sampe disamakan. Nanti malah jadi motor kembaran, kan malah monoton. Buat memperkuat aura street fighter, harus mengalami banyak ubahan. Seperti penggantian swing arm. Biar membumi, Fery lebih memilih lengan ayun seperti kabanyakan yang masih double arm, aplikasi dari Honda CBR 1100 XX. Dipadukan pelek lebar Kawasaki ZX-7R dan ban gembot kepunyaan Michelin.
Sedangkan Irfan adopsi mono arm kepunyaan motor asal Inggris yang berngaran Triumph Daytona, satu set dengan pelek belakang. Tapi, pelek depan doi malah aplikasi kepunyaan Yamaha R1. “Biar lebih keren dibanding yang lain, dan bikin virus baru di kalangan keluarga Minor Fighter,” seru Irfan yang bukan Irfan Bachdim.
“Penyesuaian sudah pasti dibagian dudukan lengan ayun, semua swing arm disesuaikan ke rangka saja. Karena ukuran swing arm yang lebar otomatis, gir belakang harus ngikutin dan solusinya 6 gir ditumpuk lantas dilas agar garis pertemuan gir depan belakang bisa center,” seru Udin yang bukan Udin Petot. He..he...
Buat mempertegas Keluarga Minor Fighter, Irfan sedikit ngasih tanda di jok yang dibikin buntung dengan patch bertulisan “MINOR FIGHTER-WILD RADICAL RESPECT”. Irfan juga tak lupa untuk memasang stoplamp bernuansa LED. Wih kompak tuh he he.
DATA MODIFIKASI
Honda Mega Pro
Sok belakang: Kawasaki ZX-7R
Knalpot : Custom by Stanlee
Paint work : Danagloss
Pelek : Kawasaki ZX-7R
Yamaha Scorpio Z
Spidometer : Koso RX-1N
Lampu depan : Hella
Sok belakang : Honda CBR 1000R
Knalpot : Custom by IMS Chuenk Footstep : Yamaha R6
Edo M. Choirul |
“Dandanan motor ala SF biasanya kurang memperhatikan segi keharmonisasain tampilan. Maksudnya anti kemapanan, nah saya coba mengubah paradigma bahwa MF juga sah-sah saja kalo sedikit klimis,” tandas Hezi Satria Hastasani yang punya bengkel modifikasi Dien’s Bike. Doi bermarkas di Jl. Kolonel Sugiono, No. 24 Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Sebagai contoh, Honda Tiger kepunyaan Edo M. Choirul yang dibikin ala Minor Fighter klimis. Tentu saja kalo aliran seperti ini mesti chop sasis bawaan motor. “Bagian rangka yang dipotong yaitu backbone, sedangkan centerbone masih asli,” jelas Hanas Choirudin yang biasa dipanggil Udin yang mengerjakan modifikasi. Untuk tulang baru, Udin yang bukan Udin Sedunia ini andalkan pipa seamless 1 inci dan 3/4 inci. Digabung menggunakan las listrik, sebagai tempat jok bersarang.
Asyiknya, backbone bisa knock down alias bisa dicopot. Karena cuma dipegang baut di setiap kaki-kakinya yang berjumlah 5 titik. “Kalo bosen dengan model begini, tinggal dibikinin backbone baru deh,” tambah Udin yang berjenggot dan mirip vokalis band Jamrud he..he... Posisi seater dari motor ini juga sudah dihitung agar tingginya pas dengan owner motor yang punya tinggi sekitar 165 cm.
Dilanjut sesi makeover biar jadi klimis. Tangki, sepatbor, sayap dan air scoop yang diraciknya lewat fiberglass, dilebur cat oranye yang bikin adem mata ketika dipandang. Adukan cat dipercayakan merek Sikkens oranye pearl gold, serta dipadukan clear Blinken biar mengkilat.
Kurang pas kalau street fighter kakinya peot. “Makanya biar tambah kekar segi kaki-kaki harus diganti dengan ukuran yang lebih gambot,” tambah Udin. Dari alasan itu doi aplikasi part ex moge yang ukurannya extra bohay. Options seperti ini dirasa sangat cukup.
“Walau klimis abis, kalau turing atau riding ketika hujan, bagian belakang pasti kena lumpur dari jalan. Pas dicuci steam, bukan motornya yang disemprot tapi orangnya dulu yang ditembak air biar bersih,” seru Hezi, curhat
DATA MODIFIKASI
Upside down: Suzuki GSX-R600
Pelek: Suzuki GSX-R1000
Monosok: Suzuki GSX-R 750
Swing arm: Kawasaki ZX-7R
Dien’s Bike: 0812-281-88273
Amien Suryo A.K.A Amien Ash |
Kebanyakan modifikator aliran ini memangkas backbone dan menyisakan centerbone untuk mengawal mesin agar enggak ribet. Namun ini kali sasis dibuat ulang tanpa menghiraukan rangka aslinya. “Agar lebih expresif dalam hal membangun motor dan tinggkat kesulitan yang tinggi. Membuat jiwa modifikasi saya keluar,” seru Wiryo, sapaan akrab modifikator ini.
Frame baru buat si Tiger terbuat dari pipa seamless 1,5 inci dan 1 inci. Untuk penyambungan pipa seamless ini menggunakan las listrik.
Dudukan swing arm dan engine mounting yang terletak di atas dan depan serta terbuat dari pelat besi ukuran 1 cm. Dengan begini lekukan sasis baru terlihat lebih gagah dan muscle bike banget. Ditambah aksi bolong-bolong pelat. Kini terlihat pas dan enggak jadi nora. Pas deh.
Katanya jangan sampe ragu deh soal kepresisian dari sasis bikinan Wiryo Custom ini. Karena sebelum engine dilekatkan ke sasis ini, rangka yang sudah jadi sebelumnya diukur menggunakan jig yang biasa mengukur sasis agar lebih presisi. “Nomer rangka yang ada di sebelah kiri di komstir masih,” jelas Wiryo.
Aksi comot limbah moge pun dijabanin, biar terlihat lebih ekstrime. Untuk menggawang haluan depan doi adopsi kepunyaan Honda CBR 400 dikawinkan pelek bawaan Suzuki Hayabusa.
Lantas gelandang belakang ditemani swing arm dan sokbreker original Suzuki TL1000R. “Hasilnya asik banget pokoknya puas, pas turing motor masih aman diajak rebah he..he..,” seru Amin yang punya motor.
DATA MODIFIKASI
Setang: X-K Bikes
Ban depan: Michellin 120/70-17
Ban belakang: Michellin 190/55-17
Lampu: Custom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar