
Kalau ini ban tube yang masih segar
Kedalaman alur harus diikuti kondisi ban kesuluruhan. Misalnya, dinding karet hitam ini belum terdapat benjolan. Itu indikasi masih utuhnya konstruksi benang di dalam daging ban. Jika tapaknya kotak, botak seperti penulis dan benjol-benjol macam kena bogem pada bagian tengah, sebaiknya segera diganti. Kendati alurnya masih di atas 1 mm.
Kontur ban seperti itu, selain gampang duaar, meledak, juga sulit dikendalikan saat menikung. Motor tidak mau mengikuti arah belokan, apalagi hujan. “Berarti konstruksi benang dan kawat pada bagian dalam telah berubah,” terang Bagus yang sehari-hari berkecimpung dengan ban. Namanya juga kerja di toko ban, ya nggak mungkin jualan semen.
Jika terpaksa mengganti pilih ban tubeless, ini memperkecil risiko, apalagi ditambahkan cairan anti bocor. Namun, pelek harus cast wheel alias racing. Walah, itu sih ngajari boros. “Itu cuma saran. Tubeless ada juga untuk pelek jari-jari,” tambah Bagus.
Jika ban aslinya sudah tubeless, periksa pentilnya, jika pentil sudah dipakai 2 tahun lebih ada baiknya diganti. Apalagi bagi yang biasa jalan jauh yang akan ketemu panas dan hujan. Perubahan suhu itu bikin bagian pentil getas dan akhirnya memuai.
Setel tekanan angin mengikuti standar pabrik, toleransinya 3 psi. Yang tubeless lebih bagus diisi nitrogen. Tekanan depan bisa 28 psi dan belakang maksimal 31 psi. Lebih dari itu
sokbreker akan mantul-mantul. Ketika direm dari kecepatan tinggi, motor
terus meluncur. Dia akan berhenti saat menabrak. Nah, jangan sampai
begitu bro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar