Sabtu, 07 September 2013

Pilihan Sokbreker Buat Skutik Kencang, Ada Adjuster Rebound Dan Konvensional


Ini jeroan sok konvensional

OTOMOTIFNET - Seting motor kenceng tak hanya fokus oprek mesin, tapi banyak peranti lain kudu diperhatikan. Salah satunya, part pendukung tunggangan enak saat melibas lintasan; sokbreker belakang.

Lho, kok? “Ya, percuma kalo mesin sadis, tapi daya gigit roda ke aspal gak ada. Karena traksi ban belakang, bukan hanya dipengaruhi kompon, tapi juga kerja suspensi,” ucap Benny Rachmawan, dedengkot Mitra2000 di Lodan Center, Lodan, Jakut.

Nah, di ajang road race atau drag kebanyakan pakai model adjuster rebound dan konvensional. Tapi keduanya pakai gas nitrogen sebagai isi dari sok itu sendiri.

Model Adjuster Rebound

“Kalau untuk road race lebih kompleks dan njelimet. Beda dengan drag, lebih butuh grip pada saat buka gas awal. Jadi sisi rebound-lah yang harus dilirik,” sambung Benny.

Kayak apa sih njelimetnya? “Kita harus pandai membaca medan/lintasan. Lebih banyak tikungan ke kiri atau kanan? Sehingga harus pertimbangkan soal rebound dan kompresi sok,” tambah pria yang pengalaman bikin motor road race ini.

Istilah kompresi sendiri yakni tekanan. Jadi ketika sok tertekan ke dalam dan bila setelan kompresi tepat, maka saat ngegas di tikungan, roda tidak akan bergeser. Sebaliknya jika setelan terlalu lembut, roda bakal melintir. Hal ini sama dengan kalau setelan sok terlalu keras.


Ragam spring sokbreker yang tersedia

Sedang rebound adalah proses baliknya sok. Kalau terlalu cepat berbalik, maka roda seakan terlempar. Namun bila terlalu lama, bisa mengakibatkan sliding ketika grip gas dipelintir secara mendadak.

“Sesuai kemajuan teknologi dan keinginan pasar, kini sudah ada beberapa produk dilengkapi adjuster rebound dan kompresi. Contoh YSS dan Daytona. Mulai lembut hingga paling keras. Kita pun bisa seting sesuai gaya balap dan bobot tubuh,” aku pria yang sukses menemukan setelan pas di Yamaha Mio Drag 300 cc nya.

Model Konvensional

Tipe ini masih andalkan piston untuk proses rebound dan kompresi. “Model ini, masih banyak bidang yang bergesekan saat proses naik turun, sehingga kurang diminati. Tapi justru bobotnya yang ringan, bikin sok model ini berjaya di arena balap lurus atau drag,” ujarnya menganalisa.

Oh iya, sok yang rata-rata dipakai untuk balap skutik road race atau drag isinya bukan gas tok, lo! ”Buat kompetisi biasanya berisi gas nitrogen. Sebab sifat dasar dari nitrogen tidak akan berubah strukturnya, meski terjadi perubahan suhu. Bahasa kerennya settingan tetap stabil,” tutup pria yang impikan bikin skutik drag mampu tembus 6,0 detik (201 meter).

Dari semua merek yang biasa digunakan di arena balap ada dua merek besar mendominasi; YSS dan Daytona. Namun masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.


Seri premium dilengkapi tabung

YSS adjuster rebound di pasaran dilepas Rp 6,4 juta. Kelebihannya, bila terjadi kerusakan, spare part pengganti tersedia lengkap serta adjusternya lebih rapat sehingga mudah menyesuaikan banyak tipe lintasan.

Lantaran memiliki banyak fitur penyetelan, pengguna harus menyimak betul apa kegunaaannya. Kalau tidak, teknologinya jadi percuma.

Lalu Daytona dijual Rp 3,5 juta. Kelebihannya, harga lebih murah dan segi bobot lebih ringan. Model memang konvensional, karena masih pakai piston untuk rebound dan kompresi. Tapi tim balap BRT dan AHRS pakai untuk menaklukan lintasan bumpy.

Kekurangannya, onderdil peranti ini agak sulit didapat. Bila terjadi kerusakan, servisnya cukup lama karena harus order part pengganti ke negeri asalnya, Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar