Lima Merek Busi Motor Adu Taji, Bagaimana Hasilnya?
Sering ditulis soal peran busi dalam meningkatkan performa mesin. Bila
ingin hasil pembakaran lebih optimal lagi, gunakan busi dengan material
yang lebih baik dalam menghantar arus listrik. Misal berbahan iridium,
perak dan sebagainya.
Nah, di pasaran busi seperti ini untuk
motor lumayan menjamur. Untuk membuktikannya, kami coba menguji 5 produk
yang paling banyak di pasaran pada Suzuki Satria FU gres dengan jarak
tempuh baru 500 km.
Metode pengetesannya, diukur peningkatan
performa yang dihasilkan lewat akselerasi, pakai Racelogic buatan
Inggris. Karena asumsinya, semakin baik pembakaran yang tercipta di
ruang bakar, maka tenaga otomatis akan makin terdongkrak. Sehingga
berdampak terhadap peningkatan akselerasi.
Dari hasil pengukuran akselerasi
menggunakan busi standar selama 5-6 kali run, didapat waktu tempuh
terbaik 4,8 detik untuk mencapai kecepatan 0–60 km/jam. Sedang 0–80
km/jam = 7,9 detik dan 0–100 km/jam = 14,5 detik. Gimana dengan
busi-busi berikut ini? Silakan lihat tabel hasil pengukuran.
SDG
Busi ini tergolong belum lama bercokol
di Tanah Air. Tapi sudah cukup banyak tersebar di pasaran. Menurut
Hengky dari Ven Star di sentra onderdil dan variasi sepeda motor
Cibubur, Jaktim, produk ini konon berasal dari Cina.
Namun tak sedikit motormania beropini SDG adalah singkatan dari Shindengen, salah satu produsen part pengapian dari Thailand.
Banderolnya lumayan murah, yakni
berkisar Rp 35–40 ribuan. Kemasannya unik, seperti kemasan lipstik.
Material center electroda (CE) juga terbuat dari iridium dengan diameter
0,6 mm. Kata Hengky, untuk pembelian busi ini di gerainya, bila si
pemercik bermasalah dalam 2 hari akan ia ganti baru.
Hasil pembakaran yang terlihat di elektroda mirip dengan busi Shark.
SHARK IRIDIUM
Kalau merek ini diklaim merupakan
teknologi asal Jerman. Tapi uniknya kemasannya dibikin mirip Denso
Iridum Power. Hanya saja beda warna dan dimensi. Bila kemasan produk
Denso berwarna hijau kekuning-kuningan, maka Shark dilabur oranye
kombinasi pink.
Bahan CE-nya juga dari iridium dengan
diameter sama persis Denso Iridium Power, yakni 0,4 mm. Banderolnya
hanya Rp 40 ribu. Hasil pengetesan, warna pembakaran di elektroda
terlihat agak keabu-abuan yang menandakan pembakaran agak kering.
TDR TWIN IRIDIUM
Produk lansiran PT Mitra2000 yang
bermarkas di Lodan, Ancol, Jakut. Kata Benny Rahmawan dari divisi
R&D Mitra2000, busi TDR dibuat oleh pabrikan busi Volker asal
Jerman. Untuk Satria FU menggunakan tipe 085T R1 0.7.
Sesuai tipenya (twin iridium), busi ini
mengusung 2 bagian material iridium. Yaitu pada CE dan GE, dengan tujuan
supaya hantaran arus listrik dari CE ke Ge lebih baik dan kuat.
Sehingga pembakaran jadi makin sempurna. CE-nya mengusung diameter 0,7
mm.
Nah, karena punya material iridium yang
lebih banyak dari kompetitornya, tak heran bila banderol busi ini lebih
mahal, yakni Rp 125 ribu. Hasil pembakaran di busi setelah pengujian
menunjukkan warna merah bata yang artinya pembakaran berlangsung baik.
SPLITFIRE
Menurut Anto dari Polaris di kawasan Jl.
Kebon Jeruk III, Jakbar pemercik api di ruang bakar ini merupakan
produk dari Amerika, seperti tertera pada kemasannya.
Materialnya mirip busi biasa (nikel),
tapi pada ground electroda (GE) dibikin bercabang dua kayak lidah ular
dengan tujuan untuk meminimalkan miss-fire. Sehingga pembakaran stabil
terus.
Diameternya CE-nya juga mirip busi
standar, yakni terukur sebesar 2,0 mm. Untuk Satria FU tipe yang
digunakan adalah SF430C seharga Rp 37.500. Hasil pembakaran yang
terlihat di elektroda setelah pengujian, mirip Denso. Namun agak sedikit
kehitam-hitaman yang menandakan pembakaran mendekati basah.
DENSO IRIDIUM POWER
Produk ini berasal dari negeri Sakura.
Sangat recommended untuk motor-motor keluaran Jepang lantaran busi
standarnya banyak dipakai ATPM roda dua asal negeri Matahari Terbit
tersebut. Banderolnya di pasaran sekitar Rp 90-100 ribuan.
Untuk Satria FU standar disarankan pakai
tipe IU24. Sama halnya Thunder 125, Kawasaki Ninja 250 R, Yamaha
Jupiter MX, Honda CS-1, BeAT dan sebagainya. Angka 24 di belakang tipe
melambangkan tingkat kedinginan busi. Makin besar angkanya, maka
spesifikasinya makin dingin.
Busi ini mengusung material iridium di
bagian center electroda (CE). Dengan diameter CE terkecil dibanding
kompetitornya, yakni 0,4 mm. “Hasil riset kami diameter segitu paling
baik dalam menciptakan loncatan api kuat. Tidak perlu voltase yang
terlalu tinggi dari koil untuk dapat api yang bagus,” bilang Doddy
Hardianto, ass. marketing manager PT Denso Sales Indonesia.
Hasil pembakaran busi ini setelah
pengujian, elektrodanya tampak berwana cokelat kemerah-merahan.
Menujukkan pembakaran yang terjadi, sempurna.
Tabel hasil pengetesan |
|
|
|
|
|
|
Akselerasi |
STD |
Denso |
TDR |
SplitFire |
SDG |
Shark |
0 – 60 km / jam |
5,4 detik |
5,3 detik |
5,3 detik |
5,6 detik |
5,4 detik |
5,5 detik |
0 – 80 km / jam |
8,6 detik |
8,4 detik |
8,5 detik |
8,8 detik |
8,7 detik |
8,8 detik |
0 – 100 km / jam |
14,5 detik |
14,2 detik |
14,3 detik |
14,7 detik |
14,6 detik |
14,6 detik |
0 – 100 m |
8,2 detik |
8,2 detik |
8,2 detik |
8,5 detik |
8,5 detik |
8,5 detik |
0 – 201 m |
12,5 detik |
12,3 detik |
12,4 detik |
12,5 detik |
12,6 detik |
12,6 detik |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar