Yamaha Mio Hybrid Universitas Indonesia, Antara Bakar dan Listrik!
Mio Hemat Energi
Langkah awal menuju motor listrik adalah
menuju motor teknologi hybrid. Ini merupakan penggabungan antara
teknologi motor bakar konvensional dan teknologi listrik. Perpindahan
sistem satu ke sistem lain pakai micro controller.
Didi Widya Utama, S.T., mahasiswa pasca
sarjana Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia saat ini sedang
melakukan penelitian motor hybrid yang dicobanya langsung di Yamaha Mio.
Latar belakang membuat motor hybrid
untuk penggunaan masyarakat urban. “Masalah yang sering terjadi di
wilayah perkotaan yakni kemacetan. Itu adalah sumber utama pemborosan
bahan bakar,” kata mahasiswa yang juga dosen Teknik Mesin Universitas
Tarumanegara.
“Akibat macet atau diam, energi gerak
putar mesin berbahan bensin jadi terbuang,” kata Didi saat ditemui MOTOR
Plus di kampus UI Depok, Jawa Barat.
Hybrid bikinan Didi merupakan step
berikutnya dari hybrid yang sudah ada sebelumnya. Buatan Didi ini
disebut full hybrid, karena daya listrik yang dihasilkan dari momentum
gerak motor bakar.
Pada, hybrid sebelumnya, bisa juga
disebut hybrid plug in. “Tenaga listrik didapat dari mencolok pada arus
listrik. Ini yang membedakan desain yang saya buat,” ulas pria berkulit
putih itu.
Tenaga listrik menggerakkan motor ini
didapat dari dua sumber. Pertama, regeneratif braking. Sebuah daya
listrik dari momentum roda bergerak. “Dua roda di belakang dipasang pada
motor penghasil listrik. Prinsip sederhananya seperti dinamo listrik
yang ada di sepeda onthel,” papar Didi lebih lanjut.
Sementara sumber listrik kedua berasal
dari alternator yang digerakkan oleh mesin Mio. “Lewat puli yang ada di
kruk as dipasangkan belt untuk menggerakkan alternator,” katanya.
Lalu, kedua sumber penghasil listrik ini
akan disimpan dalam empat aki berkekuatan 12 volt. “Dengan diseri
menjadi 48 volt. Hingga akhirnya bisa menghasilkan 35 ampere hour. Arus
kecil mengurangi loss power. Kedua sumber listrik ini bekerja secara
integrated.”
Bagaimana jika kondisi lalu lintas macet
berkepanjangan hingga daya listrik yang ada akhirnya habis? Apakah bisa
mogok karena bekerja di kecepatan 40 km/jam? “Bisa dipastikan tidak.
Karena micro controller sudah diprogram untuk bisa mendeteksi kalau
level baterai sudah berkurang. Secara otomatis controller akan membaca
sensor listrik habis dan menggerakkan motor bakar,” bilangnya.
Micro controller ini semacam otak yang
berfungsi menugaskan sistem kerja di motor konvensional dan listrik.
Alat ini bisa diprogram sesuai keinginan.
“Kebetulan saat ini saya program dalam
kecepatan berkendara di bawah 40 km/jam, akan mengubah daya gerak dari
motor bakar ke listrik. Secara otomatis, mesin motor bakar akan berhenti
berfungsi dan digantikan listrik. Kecepatan yang diingini tergantung
dari maunya kita berapa,” kata Didi.
Didi juga mengakui kalau pembuatan Mio
hybrid ini memang masih dalam tahap penyelesaian. Secara konsep, ini
bisa diaplikasi oleh masyarakat umum. Karena semua bahan dan komponen
sudah tersedia di sini.
Pemerintah Mesti Serius
Dr. Danardono, A.S, DEA, PE, Dosen
pembimbing Didi Widya Utama bilang, teknologi hybrid secara konsep sudah
lama diciptakan. “Bahkan motor listrik sudah ada sejak seratus tahun
lalu. Namun, teknologi ini ditinggalkan seiring perkembangan motor
berbahan bakar minyak,” kata dosen biasa dipanggil Doni.
Saat produksi bahan bakar minyak menurun
dan ketakutan akan habis, baru orang ngeh dan melirik energi listrik.
“Sekarang ini di belahan dunia lain, seperti China mulai giat kembali ke
energi yang lebih ramah lingkungan dan tergantikan,” kata Doni yang
menamatkan masternya di Perancis.
Kemampuan penciptaan kalangan akademisi
di Indonesia, sayangnya belum banyak melirik. Pemerintah dan kalangan
industri masih asyik memproduksi produk mereka hingga berjuta unit.
“Pemerintah harus turun. Ini masalah kebijakan. Pemerintah mau berpihak
terhadap teknologi ini atau tidak,” urainya.
Dengan teknologi listrik atau hybrid
ini, dalam kacamata Doni, tentu akan menggerakkan potensi ekonomi
masyarakat. “Bisa saja nanti, akan ada lokasi pengisian bahan bakar
listrik yang dikelola masyarakat,” bilangnya.
Karena itu, jika semua pihak yang
berkepentingan bisa duduk bersama dengan satu tujuan menciptakan energi
alternatif berbiaya murah dan sustainable, Doni yakin tidak sampai 10
tahun Indonesia sudah bisa menerapkan teknologi ini dan ketakutan bahan
bakar minyak habis sudah tidak relevan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar