Di drag ketepatan setelan pegasnya menentukan tajam tidaknya catatan waktu.
Untuk harian, bukan catatan waktu yang dicari, tetapi kenyamanan dan
keamanannya. Bukan kah balap motor adalah laboratorium pasar dan teknik
untuk motor harian. Enak di balap, apalagi untuk harian yang tidak
mati-matian dikebut. Kalau nekat mati-matian, ya, mudah mati benaran di
jalan raya brosist.
Setelan ulir macam itu bukan hanya lazim di sokbreker kompetisi atau after market. Beberapa sokbreker bawaan motor dari pabrik juga ada yang pakai setelan seperti ini. “Tapi umumnya pakai klik atau tingkatan penyetelan lembek sampai keras. Sama juga. Contoh yang pakai ulir beberapa monosok bawaan pabrik,” sambung Agus, doi pemilik sekaligus mekanik dari Mawar Motor, Cinere.
Sesuai karakter per yang selalu merenggang, semakin per ditekan maka tekanan untuk kembali ke posisi awal kian besar. Jika setelan ulir atau klik di posisikan paling bawah alias menekan per, maka per akan berubah jadi keras bantingannya.
Sebaliknya, “Semakin tekanan pada per berkurang, maka ayunannya jadi lembut. Rata-rata
setelan diambil dari pengendara yang beratnya antara 55 (sendiri) –
120 kg saat boncengan. Bobot itu umumnya manusia Indonesia, posisi klik
atau ulirnya seperti bawaan pabrik. Lebih dari berat itu, tinggal
dikeraskan pegasnya. Begitu sebaliknya untuk harian. Tetapi sebaiknya
penggunanya memberikan masukkan pada bengkel,” tambah Agus.
Tapi maaf, matik yang dijual sekarang sokbreker bawaannya tidak dilengkapi setelan kekerasan per. Mungkin sudah dianggap cewek mungil semua yang naik itu motor. Coba baca kembali buku manual, di situ ada bobot maksimal yang disarankan pada Mio 120 kg. Jika suami-istri bobot setiap orang 70 kg, artinya sokbreker itu tidak bekerja maksimal.
Dengan aplikasi sokbreker bisa disetel,
jelas motor akan nyaman atau disesuaikan dengan bobot dan kondisi
jalan. Yang pasti ilmu balap dan harian itu saling berkaitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar