Selasa, 19 November 2013

Modifikasi Yamaha Mio Drag Bike, Jagoan 300 cc, Tomo Speed..!




ManiakMotor – Langkah toraknya 86 mm atau menjauh 30 mm dari standar. Diameter piston 66 mm,  melar 16 mm dari aslinya. Jelas letupan ruang bakar tiga kali lebih besar dari yang dijual tunai dan  kredit di dealer. Bahan bakar yang masuk ke ruang silinder  jadi 294 cc,  dalam rumus kapasitas dibulatkan jadi 300 cc. Kan sebelumnya cuma 110 cc bro.  

Piston 66 mm
Eh, kalau hanya modal itu, semua  Yamaha Mio bisa dibore-up jadi 300 cc dan juga ikut dragbike matik tune-up 300 cc.  Tetapi, yang ini langganan juara. “Mesin aslinya dibeli dari Thailand, tapi direpair sendiri di bengkel. Beberapa komponen disempurnakan kinerjanya,” buka Utomo sang owner Tomo Speed Shop (TSS) yang Mio-nya, seperti langganan melibas   201 meter dngan 7 detik koma tipis. Hayo dapat 6 detik koma gede dong!
Simpul ilmu Thailand menaikkan kapasitas itu,  lebih mengutamakan torak, ketimbang diameter sumur silinder. Torsi yang dikejar dalam menggapai 201 meter, bukan putaran yang tinggi. Dalam ilmu mesin balap disebut long stroke, yang ini lebih long lagi. Dalam Ilmu analisa kira-kira, cara itu lebih aman. Andai yang dipilih overbore  (diameter silinder lebih besar), jeroan lain nggak kuku.
Overbore butuh rpm tinggi untuk mendapatkan torsi. Itu motor rontok duluan akibat kelebihan putaran, baru semburkan tenaga. Trus, selangkangan jokinya geli-geli basah duluan akibat getaran yang tinggi. Dengan long stroke, komponen lebih aman dan tenaga cepat didapat, itu  maksudnya durability, bro.
Makanya dipilih langkah torak 86 tadi yang bukan maksudnya siaaaap..! 86 di rojer, ganti? “Setang pistonnya dari 2-tak, mereknya K125. Saya tidak tahu dari motor apa. Tapi kalau diukur dari TMA ke TMB, ya 86 mm itu. Bloknya saja diganjal 3,8 cm,” jelas Utomo.
Kem yang pasti sudah bertelur, maksudnya dijiplak
Setang piston ini jelas saja butuh modifikasi kelas berat untuk menancapkan pada kruk-as Mio. Kalau kelas ringan sudah jauh-jauh hari rontok. Belum lagi urusan pin piston dan sebagainya. Kalau ditulis di sini, keburu ngantuk sampeyan membacanya. Lagian mekanik Thailand yang bikin.
Pendeknya, pembesaran ruang bakar mengutamakan langkah. Kata orang pintar, volumetriknya dapat dengan komposisi begitu.  Ya, nggak dapat semuanya sih. Sebab, ideal volumetrik adalah 80 persen, itu sudah bagus. Berarti 240 cc bahan bakar yang masuk ke ruang silinder dituntaskan piston LHK Forged yang 66 mm tadi.  Belum lagi piston yang super ringan ini. Yang ini nanti edisi lain saja ditulis. Walah, ini bukan tabloid pak, tapi online. Iya, lupa...
MASUK-KELUAR
Melayani volumetrik kapasitas tadi, dipilih karbu Keihin PE28. Namun, pelayanan bahan bakarnya dianggap masih kurang, makanya venturinya direamer lagi jadi 30 mm. Dua jokinya, yakni   Ayip Rosidi dan Saiful Cibef punya setingan sama. “Pilot-jet 45 dan main-jet 135,” jelas kedua pengebut trek lurus sembari mengangkat Mio seperti di foto ini.
Penguapan bahan bakar menganut model terompet seperti diajarkan guru korek mengorek Graham Bell.  Dimuali dari diameter karbu yang 30 mm terus membesar sampai diameter payung klep masuk (in) yang 34 mm. Terompetnya dibalik lagi dari pembuangan yang diawali diameter payung klep buang (ex) yang 30 mm.
Angka diameter klep buang itu sama dengan venturi karbu.  Pasti terus membesar dari lubang buang, leher knalpot, perut dan mengecil lagi di ujung kenalpot buatan Thailand. Iya kan, masuk logika kan, kan...  Berarti terompetnya bolak-balik. Sahut-sahutan memberi power, preeet... kan begitu bunyi terompet. Wenak aza, bunyinya nggak begitu, bro. Tapi, blar, blaaarr... 
Kedua klep ini diperintah kem atau noken-as yang katanya 2720. Ruarr biasa, itu kem sangat singkat menutupnya. Berarti, membukanya laaaaaama sekali yang memberi peluang bahan bakar 300 cc masuk ke ruang bakar. “Asli itu angkanya, sudah diukur dan cek ulang pada ahli-ahli kem di Indonesia,” jelas Utomo dengan mimik yang sangat serius. 
SERBA RINGAN
Matik ini serba ringkas. Rangkanya tak lebih dari 6 kg berat totalnya. Konstruksi sambungannya sangat rapi. Warna pipa rangkanya juga bikin nafsu. Ya, mungkin saja bukan titanium murni. Asal tahu saja, di pasar dunia soal logam, titanium murni harga per gramnya di atas Rp 700 ribu, apalagi sudah bentuk jadi rangka?
Makanya bahan ini sekarang mulai dikurangi di MotoGP. Bisa jadi, rangka ini ada campuran titanium. Sebab, aluminium nomor 7 juga hampir sama ringan cuma beda kualitas. Toh, matik Mio ini penempatan sparepartnya efisien. Lihat saja stabilizer dan pijakan kakinya, terpasang ringkas namun fungsional, termasuk juga tangki bahan bakar.
Umumnya kuda besi karapan, dibutuhkan suspensi yang rigid (kaku). Untung dua sokbreker depan dan belakang mampu diseting Tomo Speed dengan bagus. Sokbrekernya juga mendukung. Depan pakai teleskopik Honda Sonic dan belakang pakai YSS produk TDR atau Mitra 2000. Itu klik YSS pengatur bound dan rebound atau kompresi memanjang dan memendek, minta yang paling tinggi alias keras sesuai rigidnya karapan motor.
Mantap ya.

Data modifikasi          
LSA (lobe separation angle) : 1010        
Pengapian  : Yamaha Fino        
Busi  : NGK        
Kompresi : 1:13,4        
Klep : SPS        
Kenalpot : Tomeco        
Per CVT : LHK        
Roler : LHK 8 gram        
Belt  : Stadar Mio        
Sokbreker depan : Honda Sonic        
Sokbreker belakang : YSS         
Selongsong gas : Yamaha TZM        
Pelek depan : TDR 1.20-17        
Pelek belakang : TDR 1.60-17        
Ban depan : Camel 45/90-17        
Ban belakang : IRC Eat My Dust 60/80-17      
Workshop TSS  : Tomo Speed Shop,  Jl. Bendungan jago Raya
No. 6-7, Kemayoran, Jakpus tlp 021-93527958

1 komentar: